Kamis, 06 Desember 2007

udin




Rabu, 05 Desember 2007

tugas reproduksi

Sistem Reproduksi Betina
Sistem reproduksi betina berfungsi pertama-tama melalui stimulasi hormaon FSH ( Follicle Stimulating Hormone) dari pituitary anterior, yang menyebabkan terjadinya perkembangan folikel-folikel yang telah dewasa (yolk). Produksi FSH secara normal dirangsang oleh peningkatan periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan itu disebabkan oleh bertambah lamanya siang hari pada musim semi. FSH dapat diproduksi melalui rangsangan tersebut untuk mulai menghasilkan hormone estrogen dan progesterone. Estrogen menyebabkan peningkatan kadar kalsium, protein, lemak, vitamin dan substansi lainnya di dalam darah, yang diperlukan untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang peregangan tulang pubis, dan pembesaran vent guna mempersiapkan ayam betina untuk bertelur. Progesterone berperanj terhadap kelenjar hypothalamus untuk memproduksi LH ( luteinizing hormone) dari pituitary anterior, yang menyebabkan pelepasan volk yang sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Apabila pada saat itu terdapat sperma dan membuahi, akan dihasilkan telur yang fertile. Sebaliknya, apabila tidak ada sperma, produksi tetap akan terus berlangsung, tetapi yang dihasilkan adalah telur infertil.
Populasi dalam Pemuliabiakan
Pubertas atau masak kelamin
Ovari ayam bertelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat berpariasi dari ukuran mikroskopik samapai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilapaskan kedalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membrane folikel, yang menempelkannya pada ovari. Membrane ini memiliki suatu bagan yang terlihat hanya sedikit mengandung darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek daa melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membrane folikuler dari aliran darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat oada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur.
Yolk kemudian diterima oleh infundibulum. Kadang-kadang sebutir yolk akan jatuh kedalam rongga badan dan kemudian diabsurbsi kembali. Yolk yang masuk kedalam infundibulum langsung masuk menuju ke magnum, bagian yang terpanjang dari oviduk. Di tempatini albumen (putih telur) disekresikan untuk membalut kuning telur. Selanjutnya kuning telur dangan suatu gerakan memutar meluncur ke bawah ke bagian yang paling bawah oviduk. Membran cangakang ditambah ke dalam isthmus. Dua membran yaitu membrane dalam dan membrane luar, dibentuk ditempat ini. Dalam keadaan normal masing-masing membrane saling menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membrane tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membrane tersebut membentuk suatu rongga udara.
Telur berada di dalam uterus (kelenjear cangkang) dalam periode waktu yang paling lama. Cangkang telur dibentuk di sini. Ini merupakan suatu proses yang membutuhkan waktusekitar 20 jam.cangkang tersusun hamper seluruhnya oleh timbunan kalsium karbonat dalam suatu matriks protein dan mukopolisakarida. Lapisan terakhir atau penutup cangkang dikenal sebagai kutikel (cuticle), suatu material organic yang melindungi telur dari serangan baktri yang berbahaya dan berperan sebagai pelindung telur, untuk mengurangi penguapan air. Sumber utama kalsium karbonat pada pembetukan cangkang adalah ion karbonat dalam darah. Bikarbonat dibentuk dari percampuran karbon dioksida dan air dengan bantuan ensim karbonik-anhi-drase. Tatkala seekor ayam betina terenagh-engah karena udara yang panas, ayam itu sebenarnya meningkatkan penguapan air melalui saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan berkurangnya karbon dioksida dan ion bikarbonad dalam darah. Keadaan inilah yang diduga menjadi alas an mengapa muncul telur-telur yang bercangkang tips yang dihasilkan pada cuaca yang sangat panas.


Fertilitas dan perkembangan
Sperma unggas dapat mempertahankan kemampuan untuk membuahi dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan sperma mamalia. Sperma ayam telah diketahui dapat hidup selama 32 hari setelah inseminasi, tetapi inseminasi setiap menggu tetap dibutuhkan untuk menjamin fertilitas yang tinggi. Sperma yang masuk setelah perkawinan disimpan pada lipatan-lipatan alami yang ada di dalam oviduk ayam betina. Lipatan-lpatan tersebut kadang-kadang berperan sebagai sangkar sperma. Begitu kuning telur memasuki infundibulum, dinding oviduk direnggangkan dan dilepaskanlah sperma untuk membuahi telur itu. Pembuahan ini terjadi dibagian germinal disc pada kuning telur.
Pada peristiwa pembuahan, embrio mulai berkembang dari keliling germinal disc yang nampak jelas. Daerah ini dapat dilihat dengan jelas oleh mata telanjang bila telur dipecahkan. Dalam 48 jam, embrio anak ayam telah memiliki suatu tipe sirkulasi darah yang berliku-liku didalam tubuhnya dan hidupnya ditopang oleh kuning telur. Karena tidak memiliki pasenta seperti spesies, embrio unggas akan bergantung pada jaringan darah yang berluki-liku tersebut untuk berlangsungnya fungsi-fungsi yang oenting yaitu membawa masuk zat-zat makanan dan mengeluarkan produk buangan.
Pada hari ketiga, embrio telah memiliki membrane-membran yang sempurna yang dikenal sebagai allantois, chorion, dan amnion. Allantois yang pada mulanya berperan untuk menampung produk buangan akhirnya bergabung dengan chorion untuk membentuk chorio allantois. Bagian utama membrane gabungan ini berhubungan erat dengan cangkang. Membrane ini berperan sebagai organ pernapasan bagi embrio yang sedang berkembang sampai saat paru menggantikan fungsinya sekitar 24 jam setelah menetas. Pada akhir periode sepertiga yang pertama inkubasi, garis bentuk embrio mulai dapat dikenali dengan sempurna. Juga pada saat itu. Sebagian besar system internal utama, seperti paru, syaraf, otot dan system sensor, berkembang. Jenis kelamin anak ayam dapat diketahui paling awal pada hari kelima inkubasi. Pada pertengahan periode inkubasi, embrio kebanyakan spesies unggas telah sempurna tertutup dengan bulu halus.
Sebagaimana halnya dengan spesies lainnya, embrio sebagiannya mengapung dalam cairan pada rongga amnion. Hal ini penting guna melindungi embrio yang sedang berkembang itu dan memungkinkan embrio bergerak bebas. Pergerakan bebas ini penting terutama pada embrio anak ayam dan masih harus terjadi sampai 3 atau 4 hari terakhir masa penetasan. Kalau tidak, dapat terjadi cacat yang membahayakan kehidupan anak ayam yang akan menetas. Telur harus diputar beberapa kali setiap hari dalam incubator untuk melindungi embrio dari penempelan pada membrane chorioallantois. Pada kondisi alami, induk ayam menggeser telur beberapa kali tiap hari karena naluri. Cangkang dan membrane juga dari mokroorganisme yang berbahaya atau jamur. Perlindungan tambahan lebih lanjut diberikan oleh kerja bakteriostatistik albumen.
Malposisi atau kelainan letak embrio unggas belum mendapat bayak perhatian, tetapi ada suatu posisi alami tertentu bagi unggas. Pada sekitar pertengahan periode inkubasi, embrio menganbil posisi yang normal, yang terletak disebelah kiri sepanjang sumbu panjang telur. Kepala terlipat ke bawah sayap kanan menghadap ujung tumpul telur. Beberapa posisi lainnya dianggap merupakan kelainan dari posisi normal.
Oviposisi ( pengeluaran telur)
Dalam keadan normal telur dibentuk bagian tumpulnya terlebih dahulu, begitu telur tersebut bergerak ke oviduk. Hal yang cukup mengherankan bahwa, jika induk ayam tidak diganggu pada saat bertelur, sebagian nesar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dahulu. Hal ini tidak diketahui sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat belum dikeluarkan, mtelur diputar secara horizontal, 180 derajat sesaat telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi sekitar 30 menit setelah telur sebelumnya dikeluarkan. Interval waktu ovulasi ini dapat bervariasi dari 7 sampai 74 menit. Rata-rata keseluruhan interval antara dua telur yang dikeluarkan berurutan dalam suatu clutch adalah 27 jam.


Clutch
Clutch adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk ayam dalam hari-hari yang berurutan. Suatu siklus clutch berakhir pada suatu hari tertentu dimana tidak ada telur yang dikeluarkan. Ayam petelur yang jelek hanya memiliki siklus satu atau dua telur, sedangkan petelur yang baik dapat mencapai 200 butir atau lebih. Nampaknya, clutch berada dibawah pengaruh sekresi hormone, hingga menimbulkan yang menyebabkan timbulnya pariasi tersebut. Posisi sebutir telur pada suatu clutch mempengaruhi beratnya telur itu. Dalam keadaan normal, telur pertama pada suatu clutch adalah yang terberat. Perbedaan berat itu hanya sedikit sekaliu dalam hal induk yang siklusnya sangat panjang. Berat telur kisarannya menjadi luas pada induk dengan suatu siklus yang lebih pendek.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur pendaulunya keluar. Namun, jika sebutir telur keluar setelah jam 2 sore, ovulasi berikutnya biasanya tidak akan terjadi dalam 16 sampai 18 jam hal ini mengakibatkan tidak ada telur yang dikeluarkan. Ini merupakan akhir dari suatu siklus. Mengapa dan bagaimana hal ini terjadi, tidak diketahui dengan jelas. Diduga hal ini berhubungan dengan saat menyongsong senja hari yang menyebabkan tertundanya ovulasi dan mengakibatkan berkhirnya suatu clutch. Keadaan mungkin mempunyai pengaruh terhadap pelepasan luteinizing hormone, yang menyebabkan terjadinya ovulasi.
Vas Deferens dan kelenjar-kelenjar kalamin sekunder atau aksesoris
Vas deferen brefungsi menyalurkan semen yang telah masak dari ekor epididimis menjauhi kelenjar-kelenjar kelamin aksesoris, Vesikula Seminalis(seminal vesicles), kelenjar Cowper, dan kelenjar Prostat(yang umumnya disebut kelenjar-kelenjar kelamin sekunder). Kelenjar-kelenjar itulah yang menghasilkan cairan yang lazim disebut semen. Cairan semen tersebut banyaknya antara 5 sampai 10 cc dan dieyakulasikan melalui penis ke dalam saluran reproduksi betia. Rangsangan kelamin menyebabkan sejumlah darah di pompakan kedalam ruang-ruang didalam penis sehingga mengakibatkan ereksi dengan cara meluruskan fleksura sigmoida. Dengan demikian maka kopulasi dapat berlansung. Setelah kopulasi, Fleksura sigmoida itu mengalami kontraksioleh kerja otot retractor penis yang bekerja menarik penis masuk kedalam bungkus pelindungnya.
Sapi Betina
Meski pada kebanyakan program pemuliabiakan perhatian lebih banyak kepada pejantan, system reproduksi pada hewan betina jauh lebih penting dan rumit. Oleh karma itu, perlulah dipelajari lebih rinci agar di dapat pengertian tentang anatominya, serta fungsi setiap organ atau bagian, manakala saat masak kelamin itu dicapai.
Ovari
Ovari yaitu organ betina yang homolog dengan tes-tes pada hewan jantan, berada di dalam rongga tubuh,di dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran atau perubahan tempat seperti pada testes. Ova (telur), yang bila dibuahi oleh spermatozoa pejantan akan menjadi embrio, ada pada saat lahir. Meski jumlah ova .diperkirakan sebanyak 75. 000 pada 2 ovari, hanya sedikit saja yaitu sekitar 20 sampai 30 yang dilepas selama hidup seekor sapi, dalam kondisi alamiah normal.
Ovari seekor sapi betina bentuknya menyerupai biji buah almond dengan berat rata rata 10 sampai 20 gram. Sebagai perbandingan, pada sapi jantan dimana “ biji” pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang letaknya didalam, pada betina jaringan yang menghasikan ovum ( telur) berada sangat dekat dengan permukaan ovari. ”Ovum yang potensial” yang disebut folikel primer, diyakini telah ada pada saat sapi lahir. Tahab-tahab pemasangan berikutnya terjadi sampai terbentuknya sebuah ovum yang masak yang disebut folikel graaf. Penonjolan pada permukaan ovari (gambar 3-5) ditimbulkan oleh pengaruh hormone FHS (follicle stimulating hormone) yang berasal dari kelenjar pituitary anterior. Kelenjar itu juga menghasilkan LH (luteinizing hormone) yang memecahkan polikel tersebut lalu melepaskan ovum (telur).
Segera setelah terjadinya ovulasi, sel-sel folikuler bertambah dan menghasilkan suatu struktur yang menyerupai bekas luka, yang disebut corpus luteum, atau sering disingkat C.L. (gambar 3-5).
Apabila pembuahan tidak terjadi, korpus luteum itu bertambah dalam ukurannya di bawah pengaruh hormone pituitary anterior yaitu prolaktin dan di bentuklah hormone progesterone yang berperan untuk menekan birahi yang berkepanjangan dan mempertahankan kebuntingan.
Tuba Fallopii (Oviduk)
Ovari diransang untuk melepaskan ovum kedalam infudibulum dari tuba fallopii ataub oviduk (Gambar 3-6). Peristiwa ini sebenarnya tertunda sampai 12 jam setelah akhir birahi (estrus). Sel telur bergerak ke infudibulum dari tuba fallopii dengan ciliatet action dan kontrksi otot, dan seterusnya ketanduk uterus, pembuahan, yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi di sepertiga bagian atas dari tuba fallopii. Peristiwa seperti ini dapat terjadi di kedua sisi siatem pasangan itu.
Uterus
Uterus terdiri dari struktur yang menyerupai dua tanduk yang melengkung yang menyerupai tanduk domba, dengan satu badan yang sama. Serviks yang merupakan bagian integral dari uterus,. Di bicarakan secara terpisah agar lebih memudahkan pemudahannya.
Pada sapi, tanduk uterus itu membentuk suatu pumtiran spiral yang lengkap sebelum kemudian bersambung dengan yuba fallopii. Tanduk-tanduk uterus itu biasanya berkembang dengan baik, sallah satunya akan merupakan tempat terjadinya perkembangan fetus.
Suplai darah dan saraf terjadi melalui ligament luas yang mendukugnya. Pada hewan-hewan yang lebih tua ligament itu terentang sehingga dapat secara lebih sempurna menopong uterus dan fetus.
Di dalam uterus, lapis mukosa mengandung karunkula. Tonjolan-tonjolan kecil ini membesar sampai sebesar uang logam pada sat kebuntingan, tidak mengandung kelenjar dan banyak pembuluh darahnya. Tonjolan itu tersusun dalam baris-baris yang meluas ke dua tanduk, jumlahnya diperkirakan antara 70 sampai 120. penampilannya menyerupai spons karena adanya rongga-rongga kecil yang berperan sebagai titik-titik perlekatan bagi struktur yang berlawanan yaitu kotiledon dari plasenta (membrane yang menyeliputi fetus). Kotiledon dan karankula secara bersama-sama disebut plasetom, yang dapat dibayangkan sebagai dua tombol yang menempel satu sama lain.
Fungsi uterus itu banyak, sebagai contoh, sebagai jalannya sperma pada saat populasi dan motilitas (perlengkapan) sperma ke tuba palopi dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Pada minggu-minggu awal masa kebuntingan uteruslah yang mendukung perkembangan embrio melalui sekresi dari kelenjar uterus dan plasma darah. Uterus yang dapat mengalami perubahan-perubahan besar dalam ukuran serta bentuknya, berperan sebagai tempat perlekatan melalui plasetombagi embrio yang sedang berkembang selama kebuntingan. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran. Uterus kemudian dapat kembali dengan cepat kebentuk semula setelah kelahiran, melalui proses involusi.
Serviks
Suatu struktur yang menyerupai sfingter yang memisahkan uterin dengan rongga vagina disebut serviks. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya invasi bakteri maupun masukny bahan-bahan asing. Sfingter itu ditetapkan dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahioran saja.
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbukla, serviks mengembang, hingga fetus dan membrane dapat melaluinya pada saat kelahiran.
Vagina
Struktur repruduksi internal yang paling bawah (paling luar) adalah vagina yang berperan sebagai organ kopulasi pada betina. Di sinilah semen ditumpahkan oleh penis pejantan. Seperti halnya serviks, vagina juga mengembang agar fetus dan membrane dapat lewat pada waktunya.

budidaya sapi perah

BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH( Bos sp. )

1. SEJARAH SINGKAT
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.

2. SENTRA PETERNAKAN
Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).

3. J E N I S
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

4. MANFAAT
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan
pertanian.

5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

6.2. PembibitanSyarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4- 5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
1) Pemilihan bibit dan calon indukUntuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan.Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
2) Perawatan bibit dan calon indukSeluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
3) Sistim PemuliabiakanSeringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.

6.3. Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan PreventifPada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
Perawatan TernakTernak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar).Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Pemberian PakanPemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c0 kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB.Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari.Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
5. Pemeliharaan KandangKotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.


7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraksPenyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pencegahan SeranganUpaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.

8. P A N E N
8.1. Hasil UtamaHasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.
8.2. Hasil TambahanSelain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.

9. PASCA PANEN
---
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha BudidayaUsaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5- 4% dari bahan kering.
10.2. Gambaran Peluang AgribisnisUsaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan ratarata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansiinstansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.

11. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. [ ]. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur).
2. Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal.
3. Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40.
4. Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.
5. Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melalui peningkatan efisiensi produksi. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 16-24.
6. Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya. 73 hal.
7. Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey, Prentice-Hall, Inc.: 278-279.
8. Djaja, Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan sapi perah. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 25-26.
9. Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal.
10. Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry, behavior, and veterinary practice. Baltimore Maryland, University Park Press: 82-112; 150.
11. Ginting, Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi perah rakyat di Jawa Timur. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 27-33.
12. Hehanussa, P.E. 1995. Rencana induk Life Science Center-Cibinong. Limnotek, 3 (1) 1995: 1-34.
13. Hermanto. 1988. Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa kering? Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 24-25.
14. Nienaber, J.A., et al. 1974. Livestock environment affects production and health. Proceedings of the International Livestock Environment Conference. St. Joseph, American Society of Agricultural Engineers.
15. Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan ternak sapi. Jakarta, PT. Media: 1-38; 133.
16. Sabrani, M. 1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 15-26.
17. Suryanto, Bambang; Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP. 63 hal.
18. Warudjo, Bambang 1988. Kualitas dan harga susu. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 34-38.

12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id


Sumber :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

budidaya sapi potong

BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG( Bos sp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.

2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia.Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.

3. J E N I S
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapiAceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.

4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dansebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan
3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.

1) Konstruksi dan letak kandangKonstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencingsapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasaldari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agakterbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yangbersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dantidak boleh kehabisan setiap saat.Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meterdan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatankandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.

2) Ukuran KandangSebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.

3) Perlengkapan KandangTermasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.


6.2. PembibitanSyarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) efisiensi bahannya tinggi.

6.3. PemeliharaanPemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.
Sanitasi dan Tindakan PreventifPada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
Pemberian PakanPada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagimenjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
3. Pemeliharaan KandangKotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.


7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraksPenyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.

3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. PengendalianPengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.


8. P A N E N
8.1. Hasil UtamaHasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil TambahanSelain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.

9. PASCA PANEN
9.1. StovingAda beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.

9.2. PengulitanPengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapidibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran JeroanSetelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan KarkasAkhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha BudidayaPerkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-
b. Kandang Rp. 1.000.000,-
c. Pakan- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari - Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 12.000.000,-Rp. 7.482.500,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi keremanTambahan >Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi keremanTambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kgBerat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kgHarga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp. 111.110.000,-
b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-
3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61

10.2. Gambaran Peluang AgribisnisSapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
a) Konsumen AkhirKonsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
2. Konsumen asingKonsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.

b) Konsumen IndustriKonsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).


11. DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.
2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.
3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka
4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta.
5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.
6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id


Sumber :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

tugas tht

PENGOLAHAN HASIL TERNAK
A. SUSU
1. Kandungan Gizi air susu Sapi
No.
Gizi
Kandungan (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Air
Lemak
Protein
Lactose
Abu
Calori
87,25 %
3,80 %
3,50 %
4,80 %
0,65 %
640 Cal/kg

2. Susunan air susu :
Air :
1. Larutan/Cairan
- Air dan lactose
- Vitamin yang larut dalam air
- Beberapa mineral
2. Emulsi : antara lemak dan air
3. Colloid : antara putih telur/protein dan mineral

Lemak : rata-rata 3,8 %

Protein :
- Casein
- Albumin
- Globulin

Karbohidrat : lactose 4,8 % yang terdiri dari :
- Glucose
- Galaktose

Vitamin : yang larut dalam lemak Vit A, D, E, K
yang larut dalam air Vit C, B komplek, riboflavin

3. Sifat-sifat air susu :
a. Warna :
- Putih kekuning-kuningan.
- kehijau-hijauan, banyak mengandung
Vit. B komplek.
- kebiru-biruan, tercampur air.
- kuning, banyak mengandung butir-butir darah merah/Hb.
b. Rasa Sedikit manis karena mengandung lactose.
c. Bau specific susu serta mudah dipengaruhi bau-bauan disekitarnya serta makanan yang diberikan.
d. Temperatur : Pada waktu pemerahan 37-38 c
e. Berat Jenis Ditentukan pada 3-4 jam setelah pemerahan B.J antara 1.028-1.082.
f. Titik Beku : -0,50-0,52 c
g. Titik didih : 101 c (standar milk codex, 100,17 c
h. Ph : Normal 6,4

Pengawetan Air Susu
Mendinginkan air susu
1. Dengan Kotak Pendingin.
Bahan dari kayu, bagian dalam dilapisi seng/alumunium. Botol susu diletakan didalam timbunan es batu dalam kotak tersebut.
Untuk lebih dingin ditambah garam dari serbuk gergaji.
Diaduk agar pendinginan merata.
2. Dengan aliran air.
Cara ini dilaksanakan di daerah pegunungan.
Bak penampung dari tembok/semen.
Temperature sekitar 10-15 c
3. Surface Cooler.
Dibuat dari pipa yang berkelok-kelok yang dialiri air dingin.
Air susu dialirkan pada pipa air dingin.
4. Refrigerator.
5. Freezer.
6. Cooling Unit.

Pemasangan Air Susu
Cara pemanasan :
a. Menggunakan panic berdinding 2 lapis atau panic berisi air susu dimasukan dalam panic lain yang berisi air mendidih.
b. Dasar panic/bidang dalam panci disemir dengan mentega.
c. Pemanasan harus berhati-hati.
d. Sebaiknya panic diletakan diatas plat asbes.
e. Pemasakan air susu hendaknya mencapai titik didih (100.17 c)

Pasteurisasi Air Susu
a. Pasteurisasi lama : temperature 62-65 selama 0,5-1 jam. Temperature 72 selama 20 menit.
b. Pasteurisasi sekejap : Temperatur 85-95 c selama 1-2 menit
Keuntungan Pasteurisasi :
a. Air susu dapat disimpan lebih lama pada suhu yang rendah (10 c).
b. Air susu tidak lagi mengandung kuman pathogen.
c. Baud an nilai gizi sedikit dan menurun (pada Pasteurisasi sekejap).

Sterilisasi Air Susu
Sterilisasi dilakukan di dalam sterilisator dengan menggunakan tekanan dari uap air panas.
Cara :
d. pemanasan pendahuluan pada temperature 35 c selama ½ -1 jam.
e. Pasteurisasi sekejap pada temperature 90 c selama 1 menit.
f. Air susu homogen (diratakan) pada temperature tinggi (susu Pasteurisasi 90 c).
g. Air susu didinginkan sampai temperature mencapai 40 c.
h. Air susu dimasukan ke dalam botol-botol/kaleng yang sudah steril, ditutup secara sempurna.

Temperature dan lamanya Sterilisasi
TEMPERATUR
LAMANYA PEMANASAN
120 c
127 c
126 c
120 c
11 c-117 c
109 c-113 c
100 c
1 menit
2 menit
3 menit
10 menit
25 menit
45 menit
5 ½ - 6 jam

Pengolahan air susu
Pembuatan mentega
Cara pembuatannya :
1. Pemisahan Cream
2. Netralisasi cream dipakai basa NaOH
3. Pasteurisasi lambat (60 c, 60 menit), juga dilakukan pasteurisasi cepat 74 c, 5 menit.
4. Pemberian starter
5. Pendinginan
6. Penambahan starter
7. Pewarnaan
8. Pemukulan, untuk mendapatkan butir-butir lemak
9. Bahan mentega dicuci air dingin, agar ampas mentega yang putih terus terbang
10. Pemberian garam sebanyak 1 ½ -3 % sambil terus diaduk
11. Pengulian/pengocokan dengan maksud :
i. agar bahan menjadi homogen
j. supaya lebih banyak butir-butir lemak yang pecah
k. supaya butir-butir air mebjadi lebih kecil dan rata terbagi-bagi dalam mentega.
Macam-macam kerusakan mentega
· Kerusakan oleh kuman : - rasa berubah
- warna berubah
· Kerusakan oleh enzyme : tengik
· Kerusakan oleh bahan-bahan kimia, missal logam.
Pembuatan Keju
1. Keju yang terkenal berasal dari :
· Belanda
· Belgia
· Australia
· Amerika
2. Macam-macam keju berdasarkan texturnya :
Soft Cheese :
- Tidak difermentasi sampai matang, disebut : cottage cheese/cream cheese/myosost cheese.
- Yang difermentasi sampai matang :
a. Oleh jamur/ragi : Camembert cheese
b. Oleh bakteri : Limburger cheese
Semi solid cheese
a. difermentasi oleh fungsi (jamur) disebut : Requefirt cheese/stilton cheese.
b. difermentasi oleh bakteri disebut Brick cheese
Hard Cheese
a. Yang mempunyai gelembung gas (open texture) disebut Ementaler cheese-Swiss cheese.
b. Yang tidak mempunyai gelembung udara (close texture) disebut Gauda cheese/Edam cheese/Romano cheese.

Veri hard cheese - Grating cheese/Romano cheese

3. Klasifikasi berdasarkan Pembuatannya
Sour milk cheese
keju yang dibuat secara alam, susu diberikan mengendap dibantu bacteri laktat
Sweat milk cheese
susu yang diendapkan dengan rennet (enzyme rennin dari usus halus anak sapi)

4. Klasifikasi berdasarkan daerahnya
1. Stilton cheese : Inggris
2. Petit Swisse cheese : Perancis
3. Appen Zeller : Swiss
4. Leiden Cheese : Belanda
5. Romadur Cheese : Jerman
6. Danabler cheese/Mysella cheese : Denmark
7. Hal-hal yang penting dalam pembuatan keju :
- Bahan : susu penuh atau skim milk
- Kadar : air mempengaruhi sifat fisik
hard cheese : 35 % , soft cheese : 50-80 %

5. Pematangan dipengaruhi oleh bakteri, enzyme, suhu dan kelembaban ruangan, mempunyai pengaruh terhadap aroma, rasa serta struktur phisik.
6. Tiap keju menggunakan bakteri yang berlainan missal :
· Cheddar cheese : streptococcus lactis lactobacillus
· Swiss cheese : bacterim shermani

7. Cara membuat keju :
6.1 Bahan :
- Air susu penuh atau skim milk
- Na Cl
- rennet
- Starter, digunakan streptococcus lactis atau S
- cremonis
- Ca Cl2
- Zat warna
- Lilin/paraffin

6.2 Alat-alat :
- Bak keju
- Pisau pemotong
- Alat pengaduk
- Alat penekan
- Ruangan kayu dari kayu jati
-
6.3 Tahap dan pengolahan (cheedar cheese)
1. Susu dipasteurisasi dahulu pada temperature 62-65oc selama 30 menit atau pada suhu 71,1-71,7oc selama 15-20 detik, lalu didinginkan pada suhu 300c.
2. Masukan ke dalam bak-bak keju dan diantara bak-bak keju dialirkan air panas 45o selama 15 menit. Untuk mempercepat fermentasi oleh asam laktat diberi starter 0,5-1 %, aduk sampai 10 menit dan dibiarkan sampai derajat asam 0,5 % (biasanya tercapai setelah ½ - 1 jam)
3. Pemberian zat warna dari tumbuh-tumbuhan sebanyak 0,5 – 3 cm larutan zat warna untuk 100 liter susu
4. Penambahan rennet sebanyak 4,2 ml/liter susu, 40 menit kemudian terjadi coagulasi protein (casein) dan terbentuk tahu keju (curd) untuk mempercepat pembentukannya ditambahkan CaCl2 sebanyak 0,02 %.
Agar tahu keju tidak tergumpal-bumpal, sebelum rennet ditambahkan harus dilarutkan dahulu ke dalam air dengan perbandingan 40 x pada temperature 85 – 90oF. pada permulaan penambahan rennet, susu diaduk untuk meratakan lemaknya dan rennet ditambahkan sedikit demi sedikit sambil doiaduk pelan-pelan secara konstan dalam beberapa menit setelah itu susu diaduk perlahan-lahan dekat permukaannya untuk mencegah pemecahan cream pengadukan dihentikan segera setelah ada tanda-tanda coagulasi.
5. Pemotongan tahu keju dengan pisau untuk mengeluarkan cairannya yang disebut whey.
6. Pemisahan tahu keju dengan whey, dengan cara:
- disaring dengan kain blacu, whey akan menetes
- bak keju diberi kran di bawahnya
7. Penambahan garam 1 ½ - 3 %, sambil tahu keju ditumbuk-tumbuk sehingga whey yang tersedia dapat keluar.
8. Bahan keju dicetak sambil ditekan ± 3 – 4
9. Proses pengeringan selama ± 3 – 4 hari
10. Seluruh permukaan dilapisi lilin/paraffin
11. Proses pematang, dalam ruangan yang gelap/sejuk pada suhu 13 – 14oc dan R.H 90 %, selama 2 minggu sampai 6 bulan tergantung dari keju yang dibuat. Makin lama makin baik.


Pembuatan Es kriem
1. Komposisi es kriem
NO
ZAT MAKANAN
KANDUNGAN (%)
1.
2.
3.
4.
Lemak
B.K
Gula
Gelatin
10 – 19 %
30 – 35 %
15 %
0,5 %

2. Bahan-bahan
2.1 - Calon susu
- Susu Penuh
2.2 Gula : sucrose, dextrose, glucose
2.3 Bahan padat
- stabilizer : gelatin, Na-Alginot, teber, agar-agar
- zat warna coloric agent
- Flavoring agent

3. Cara pembuatan
· 3.1 6 telur (± 240 gram) ditambah gula 270 gr dikocok
· 3.2 Tepung maezena 40 gram ditambah cream susu 500 gram ditambah air 50 gram, ditambah susu penuh 350 gram, dikocok, lalu dipanaskan.
· 3.3 Campurkan adonan c1 dan c2, lalu diaduk dan dimasukan ke dalam tabung es kriem. Di dinginkan dalam air di ember, tambahkan flavoring agen aduk, simpan dalam temperature rendah.

Pembuatan susu kental manis
Sweetened Condensed Milk
1. Komposisi zat makanan susu kental manis di Indonesia
NO
ZAT YANG TERKANDUNG
PROSENTASE (%)
1.
2.
3.
Lemak
Bahan kering
Gula
9,5
35,5
42,0

2. Pembuatan (sederhana)
2.1 Alat-alat :
- panic besar dan kecil
- alat pemanas (kompor)
- sendok
- gelas ukuran, corong, penyaring
- alat pengukur derajat keasaman (lacto densi meter)
- botol/kaleng yang tertutup sebagai wadah

2.2 Bahan baku :
- susu murni
- susu krim
- gula pasir
- air aquadestilata
- arang (norit untuk menyerap kotoran yang terdapat dalam larutan gula serta untuk pemucat

2.3 Pembuatan :
- gula dan air dipanaskan, tambahkan arang/norit
- larutan gula disaring
- air susu diuapkan/dipanaskan sambil diaduk-aduk, sampai mencapai kekentalan 2 ½ kali susu semula
- kemudian ke dalam susu kental tadi dimasukan air gula kental sambil diaduk. Lalu dipanaskan lagi sampai volumenya seperti semula (± kekentalan 2 ½ susu murni)
- susu kental didinginkan dalam air mengalir sambil diaduk-aduk pelan-pelan agar tidak berbusa dan kristal-kristal lactose yang mungkin terjadi kecil-kecil
- lalu dipak dalam kaleng, botol dll, disimpan pada suhu kamar

Pembuatan susu asam (Joghurt)
Susu yang diasamkan melalui proses peragian/fermentasi. Bersifat sangat mudah dicerna dalam usus dan dapat dibuat dari susu kambing, kerbau serta air susu sapi.

Pembuatan :
1. Bahan : susu murni atau susu bawah (skim milk)
2. Proses pembuatan :
o Pembuatan starter, yakni pupukan murni dari strepto coccus thermophilis dan bacteri lactobacillus bulgaricus dalam susu yang steril.
o Air susu dipanaskan dulu pada temperature ± 60oC dan ditambahkan 3 5 % susu kering tak berlemak agar agak kental dan diaduk-aduk sampai rata.
o Pemanas ditingkatkan sampai titik didih selama 15 – 30 menit lalu didinginkan sampai mencapai temperature sekitar 44 – 45oC.
o Starter ditambahkan (dalam temperature 44 – 45o C) sebanyak 2 -3 % aduk-aduk/kocok dengan baik
o Tempatkan pada temperature 44 – 45o C dalam waktu 3 – 4 jam (sampai mencapai PH 4,4 – 4,5)
o Untuk menghentikan perkembangan bacteri-bacteri yoghurt lebih lanjut segera yoghurt tersebut masukan ke dalam alat pendingin. Dalam tahan selama 2 minggu disimpan dalam keadaan dingin/beku.


3. Komposisi yoghurt import :
NO
ZAT MAKANAN
PRESENTASE KANDUNGAN (%)
1.
2.
3.
4.
Lemak
Laktose
Air
Bahan kering
3,7 %
3,5 %
87,3 %
2,7 %

Pembuatan Karamel (gula-gula susu, permen susu)
1. Bahan :
· air susu : 5 kg
· gula pasir : 3 kg
· essence : vanilie
· (Penambahan rasa) :
· coklat
· air jeruk
· kopi, dsb

2. Alat-alat :
· panci
· kompor
· papan tipis dengan batas dipinggirnya
· botol penggiling

3. Pembuatan : - Air susu dan gula dipanaskan pada api yang tidak
terlalu besar lalu ditambahkan salah satu essence yang disukai terus diadu-aduk sampai mengental.
- Adonan yang sudah mengental dituangkan kedalam papan yang sudah diulur/diolesi minyak/mentega dan permukaannya diratakan dengan botol penggiling.
- Adonan setelah dingin dan membeku dipotong-potong menurut ukuran tertentu lalu dibungkus.

Pembuatan Tahu keju
1. Bahan :
· Air susu (susu yang sudah rusak)
· bahan pengawet, asam benzoate 2 %
· bumbu : garam, merica (tergantung dari kesukaan)

2. Alat-alat :
· kompor
· alat kukusan
· saringan kawat
· cetakan-cetakan kaleng

3. Pembuatan :
Air susu dipanaskan sampai terlihat rumnya. Bagian atas dibuang dan endapannya diambil.
Endapan disaring dengan saringan kawat sambil ditekan-tekan agar air tersaring semua. Airnya ditampung dan diaduk-aduk sampai rata.
Tambahkan garam harus, merica (bumbu-bumbu) dan tambahkan pula pengawet asam benzoate 2 % sambil diaduk-aduk agar temperature rata.
Adonan dimasukan ke dalam cetakan kaleng lalu dikukus selama ± 2 jam sambil dibolak-balik agar air yang ada di atasnya terbuang.
Tahu keju selanjutnya dapat dipotong-potong untuk dimasak/digoreng dengan mentega sehingga dapat dipakai sebagai lauk atau melapisi roti.

B. DAGING
1. Kandungan Zat gizi dalam 100 gram berbagai macam daging
ZAT GIZI
KELINCI
SAPI
AYAM
KERBAU
Kalori (cal)
Protein (gram)
Lemak (gram)
Kapur (mg)
Zat besi (mg)
111
16 – 20
2,5 – 6,2
10
2
125
18 – 20
5 – 18,9
7
2,1
12
20
5
10
2
125
20
5
7
2

2. Pengolahan Daging
Mutu daging dipengaruhi oleh :
· cara-cara pemeliharaan ternak
· perlakuan menjelang hewan dipotong (lelah, lapar, dll)
· cara-cara pemotongan hewan itu

3. Pemotongan Hewan
a. Syarat-syarat Pemotongan Hewan yang baik :
· Darah harus sebanyak mungkin keluar
· Pisau yang dipakai harus tajam
· Sesudah dipotong, karkas ternak harus segera digantung, jeroan dikeluarkan dan dikuliti
· Setelah dikuliti dan dibelah dua disimpan dikamar sejuk agar menjadi layu
· Alat-alat harus selalu dalam keadaan bersih
· Hewan dalam keadaan tenang tidak lelah, lapar, dll
b. Proses yang terjadi sesudah hewan dipotong :
· Metabolisme zat makanan
· Kontraksi otot (riqormortis)
· Aktivitas enzyme menyebabkan terjadinya proses pematangan daging
· Pembusukan

4. Perngawetan Daging
a. Pendinginan
Penyimpanan daging pada suhu sekitar 0oC dapat berupa :
· karkas
· potong-potongan daging
· daging cincang

b. Peng-es-an Daging
· Daging dialiri udara dingin 40oC ± ½ hari
· Masukan ke dalam ruangan dengan temperature 5oC pada temperature ini karkas dapat disimpan selama 3 – 4 bulan. Sedang pada 200C dapat tahan lebih dari 1 tahun
· Daging harus dijaga jangan berdempetan satu sama lain
· Yang baik, sebelum dieskan daging dibasahi dahulu/dibungkus dengan kain basah sehingga daging terbungkus oleh selapis es.

c. Pengeringan
· Dengan mesin pengering
· Dengan sinar matahari
Syarat-syarat daging yang akan dikeringkan :
1. Irisan daging cukup tipis
2. Memakai bumbu pengawet
Gula untuk menghambat pertumbuhan mikrorganisme 3 – 4 %
Garam sebanyak 12 %
3. Lemak 30 % untuk menghindarkan ketengikan

d. Pemakaian bahan-bahan kimia
Bahan kimia yang sering dipakai :
Garam
Asam
Gula
Sendawa (nitrat/nitrit)

e. Pengasapan
Daya awet yang diperoleh ialah karena panas serta bahan-bahan kimia yang terkandung dalam asap kayu.
Bahan pengasapan :
Serbuk gergaji
Sekam yang agak basah
Kayu jati
Sabut kelapa
Bahan daging :
Daging biasa
Daging asin (daging curing)
Sosis

5. Hasil-Hasil pengolahan daging
a. Membuat Dendeng
Bahan : 1 kg daging sapi
1 sendok the sendawa
2 sendok makan air asam
1 sendok makan parutan lengkuas
5 sendok teh ketumbar
cara :
Daging diiris tipis-tipisb lebar
Semua bumbu diaduk jadi satu, lalu dicampur dengan potongan daging dan diremas sehingga bumbu meresap
Daging disimpan satu persatu diatas tampan, kemudian jemur sampai kering

b. Membuat Abon
Bahan : Daging 1 kg
½ butir kelapa/santan kental
5 butir bawang putih
1 sendok the terasi
1 potong lengkuas
1 ruas jari kencur
minyak kelapa, gula dan garam
cara :
Rebus daging sampai empuk, pukul-pukul dengan ulekan kemudian suwir-suwir
Bumbu daging giling halus, campurkan dengan suwiran daging godok santan sampai kering/meresap
Tumbuk daging tersebut pada lumping sampai halus goring dengan minyak panas, aduk cepat-cepat sampai kering bila sudah matang diangkat kemudian ditiriskan

c. Membuat Corned Beef
Bahan : 1 kg daging sapi cincang
2 sendok the sendawa
5 butir lada halus
¼ butir pala halus
4 sendok mentega dan garam secukupnya
cara :
Remas-remas daging, garam dan sendawa sampai lama kemudian biarkan semalam
Cuci daging tersebut sampai bersih dan godok dengan air secukupnya, masukan bumbu yang telah ditumbuk. Godok dengan api besar sesudah mendidih kecilkan, godok terus sampai daging empuk
Bila daging sudah empuk letakan dalam piring oleskan mentega diatasnya kukus 1 jam lamanya bila matang angkat

d. Pembuatan Sosis
Bahan : Daging sapi 1 kg
Garam ½ %
Garam nitrat dan nitrit 0,02 %
Gula ½ %
Merica 0,1 %
Lemak 35 %
Terigu 2 %
Es 10 %
Alat-alat :
Penggiling daging
Pengisi sosis
Thermometer
Alat pengisap
Cara :
Daging dibersihkan dari tenunan pengikat, cuci, dipotong kecil digiling bersama bumbu
Dicampur dengan es, digiling kembali sambil ditambah lemak dibiarkan pada suhu 16oC
Dipindahkan kealat pengisi sosis, ditekan dimasukan ke dalam pembungkus
Dicuci dengan es bagian luarnya untuk menghilangkan daging yang melekat diputar sumbu horizontal
Diasap pada suhu 55 – 60oC selama 1 jam, lalu pada suhu 74 – 75oC selama 1,5 jam
Dimasak dalam air (80oC) selama 10 – 15 menit, lalu didinginkan pada lemari es suhu 2 – 7oC
Pembungkus sosis :
Bahan : Lambung, usus halus, usus besar dll
Buang bagian yang berkancing, balikan dan cuci
Timbang
Rendam dalam air garam 20 % biarkan 1 malam, markosa akan terlepas, bersihkan sampai lemak dan tenunan pengikat terlepas
Simpan dalam garam kering (1 minggu)
Tiup dan keringkan (jemur)

e. Membuat daging asin/daging kering
Bahan : Daging
Garam 10 %
Nitrat dan nitrit 1,5 gram/liter air
Gula 100 gr/l
Cara :
Garam dilarutkan dengan air (10 %) ditambahkan nitrat, nitrit dan gula
Daging rendam dalam larutan pada suhu 5oC selama 7 – 14 hari
Sebelum daging direndam, disuntikan larutan pada pembuluh darah baru direndam
Setelah itu diiris-iris dikeringkan





C. TELUR
1. Kandungan zat makanan pada telur
No
Zat makanan
Jumlah per 100 gram
Telur puyuh
Telur ayam
Telur itik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Air (gram)
Energi (Calori)
Protein (gram)
Lemak (gram)
Karbohidrat (gram)
Abu (gram)
94,8
149,8
10,3
10,6
3,3
1,0
74,0
163,0
12,4
11,7
0,9
1,0
71,0
189,0
13,0
14,5
0,5
1,0

2. Pengawetan Telur
a. Penggaraman
Bahan : 1 kg bubuk batu bata
0,5 kg garam ditambah air
cara :
Bahan dicampur untuk melebur telur, leburan ditempelkan pada telur selama 10 hari
Telur direndam dalam larutan garam yang mengandung 0,25 kg garam dalam 1 liter air. Waktunya perendaman ± 10 hari

b. Ekstrak Kulit Akasia
Bahan : Kulit akasia kering ditumbuk sebanyak 240 gram direbus selama 1 jam dalam 30 liter air
Cara :
· Telur dimasukan dalam larutan sampai terendam bila larutan telah dingin.
· Telur dapat tahan lebih dari 2 tahun


c. Minyak goring
Bahan : 360 butir telur diperlukan ¼ liter minyak goring
Cara :
· Telur dicelupkan sebentar, kemudian simpan diatas rak telur
· Telur dapat tahan lebih dari 3 minggu

3. Pengolahan telur
a. Pindang Telur
Bahan : Telur ayam/itik 100 butir
Garam; salam; laos
Daun jambu biji
Kulit bawang merah
Cara :
· Campurkan semua bumbu ditambah telur, direbus dengan air 5 liter, bila telur sudah matang kulitnya dipecah-pecah supaya bumbunya meresap.
· Bila airnya sudah sedikit diangkat
· Telur dapat tahan sampai 2 minggu

b. Telur Asin
Bahan : Telur
Garam
Ampelas
Abu gosok
Adonan : tanah liat/sekam : garam
Abu gosok : garam
Alat : : kompor dan dandang
Cara :
· Pengasinan dengan merendam telur dengan larutan air garam
· Telur dicuci, dibersihkan kemudian diampelas
· Buat larutan garam jenuh, telur yang sudah dicuci direndam dalam larutan selama 7 – 10 hari
· Setelah selesai, telur asin disimpan/dimasak untuk dikonsumsikan

4. Pengasinan dengan membungkus dengan adonan
· Telur dicuci, diampelas
· Dibungkus dengan adonan, biarkan selama 10 – 14 hari, telur diangkat lalu disimpan
· Telur dimasak sampai matang untuk dikonsumsikan

D. KULIT
1. Teknik Pengulitan
a. Metoda pengulitan dengan hamer yang ujungnya tumpul
Caranya alat ini digerakan antara kulit dari bahan untuk memisahkan kulitnya
b. Metoda kepalan tangan
Dilakukan pada pengulitan domba dan kambing
c. Metoda menggunakan mesin/listrik
Sesudah selesai pengulitan, kulit dicuci untuk menghindarkan darah yang membeku dikulit

2. Penanganan kulit sebelum diawetkan
a. Diesek (membuang kelebihan daging)
Kulit yang baru dilepas dibersihkan kelebihan kulitnya dengan pisau yang tajam dan melengkung daris mata pisaunya
b. Pencucian
c. Dielus
d. Sudah dicuci kulit disampirkan di atas sampiran kulit biarkan air menetes selama 30 menit
e. Sebelum diawetkan kulit segar dari pemotongan perlu ditimbang, penting umtuk dikontrol berapa penyusutan berat sesudah dikeringkan untuk control pembasahan kembali

3. Pengawetan Kulit
a. Pengawetan secara dikeringkan yang diberi racun (obat pembunuh bakteri)
· Diesek (membuang kelebihan daging)
· Kotoran yang melekat pada kulit dibersihkan dan dicuci bila perlu disikat
· Sesudah dicuci kulit disampirkan diatas sampiran kulit dan biarkan airnya menetes selama ½ jam
· Kulit diracun dengan larutan natrium arsenat 0,5 % selama 5 – 10 menit di dalam bak peracun, kemudian kulit digantung diatas bak
· Kulit lalu ditarik dengan tali pada pentangan kulit diameter 5 – 10 cm. pentangan harus kuat dan teratur supaya bentuk kulit keringnya baik symetris dan rata
· Bila kulit sudah dipentang, siap untuk dijemur penjemuran bagian daging diarahkan kearah datangnya sinar matahari antara jam 8.00 – 11.00 dan jam 15.00 – 17.00 kulit dapat kering dalam waktu 2 -3 hari
· Sudah kering kulit dilepas dari pentangan dan dapat dilipat dua membujur dari ekor kearah kepala, disimpan

b. Pengawetan secara digarami dan dikeringkan
- Kulit yang akan diawetkan, dibersihkan dari kotoran-kotoran, lalu direndam dalam cairan garam (Nacl) ± 20 kg/100 l air
- Tiap 100 kg kulit basah dibutuhkan 400 l larutan direndam dalam bak kayu/beton
- Kulit diangkat dari larutan garam, digantung diatas bak selanjutnya bagian daging dari kulit ditaburi garam ± 10 % didiamkan 1 -2 jam lalu dibentangkan dan dikeringkan 5 – 7 hari
- Sesudah kering kulit dilipat dan disimpan
Keuntungan :
· Kwalitas kulit lebih baik karena serat kulit tidak melekat satu sama lain
· Selama waktu pengeringan kulit tidak lekas busuk
· Kulit baik untuk dimasak, didalam soakingnya tidak membutuhkan waktu yang lama
Kerugian :
· Biaya pengawetan lebih mahal dibandingkan dengan pengawetan kering biasa atau diracun ± 45 % dari berat kulit basah

c. Pengawetan secara diagram basah
· Kulit sesudah dibersihkan dari kotoran darah dan daging, lalu dimasukan dalam larutan garam kenyang selama 1 hari 1 malam
· Kulit direntang di lantai yang miring ditaburi garam, kulit yang paling bawah dan bagian daging ditaburi garam ± 30 % dari berat kulit basah
· Kemudian ditaruh kulit lain diatasnya ditaburi garam begitu seterusnya sampai mencapai tinggi 1 meter
· Diamkan semalam besoknya ditaburi lagi garam ± 20 % lalu didiamkan sampai beberapa hari 2 – 4 minggu supaya air bias mengalir keluar
· Sudah selesai kulit digarami dapat disimpan sebagai kulit garaman. Dapat disimpan digudang kulit yang diangkat, ditumpuk (± 1m)
Keuntungan :
· Pengawetan tidak tergantung pada panas matahari sedikit terjadi kerusakan-kerusakan kulit pada proses soaking, waktunya singkat cepat dan tidak membutuhkan ruangan yang luas



Kerugian :
· Untuk daerah tropic pengawetan dengan garam basah disangsikan hasilnya, mengingat tempat ruangan cukup baik untuk pertumbuhan bakteri
· Biaya pengawetan mahal karena disamping pemakaian garam juga perlu penyimpanan yang suhunya dibuat rendah

d. Pengawetan secara di pickle
Bahan : 15 % garam dapur (Nacl)
Cairan pickle 1,2 % asam sulfat (H2SO4) ph ± 2,5
100 % air
· Pengawetan kulit dengan cara ini untuk kulit yang sudah dihilangkan bulu-bulunya (dengan pengapuran) buang kapur dan di blitz (bate) kulit di putar dalam cairan pickle
· Sudah kulit diputar dalam drum atau diremas dengan cairan pickle selama 2 jam lalu diperas
· Kulit dapat dilipat memanjang punggungnya dimasukan kedalam tong kayu yang diberi dasar lapisan garam dapur dan kulit disusun tiap lembar
· Akhirnya bagian yang paling atas ditutup dengan lapisan garam dan tong ditutup rapat
· Kandungan air dalam kulit yang diawet ± 40 % ph 2 – 2,5

4. Jenis-jenis Kulit
Berrdasarkan tujuan dari pemakaiannya, jenis-jenis kulit hasil penyamakan dalam perdagangan dibagi atas 5 macam kulit :
a. Kulit Bawahan
Kulit Sol :
· bahan dari kulit sapid an kerbau, berat diatas 1 kg berat bersih 30 kg
· Sifat kulit agak kaku, bentuk tebal, kuat dan sukar dibengkokan
· Untuk pembuatan sepatu-sepatu berat

Kulit Vache
· Bahan dari kulit sapi betina, anak sapi, berat basah 15 – 35 kg
· Sifat lebih lemas dari kulit sol
· Digunakan untuk sol salam, sol luar, hap dan ram dalam pembuatan sepatu

Kulit Raam
· Bahan dari kulit sapi, anak sapi, berat basah 15 – 35 kg
· Untuk bahan penyambung antara kulit atasan dengan kulit bawahan

b. Kulit Atasan
1. Kulit Box :
- bahan dari kulit anak sapi atau kerbau
- proses penyamakan dengan chrome diwarnai hitam coklat
- sifat lemas, kuat tidak mudah pecah
- penggunaan untuk sepatu kerja
2. Kulit Glace :
- Bahan dari kulit kambing (chevrou) dan kulit kambing (chevrete)
- Proses penyamakan chrome diberi sedikit garam
- Digunakan untuk sepatu rumah
3. Kulit nubuk dan Kulit velour :
- Kulit nubuk bahan dari anak sapi
- Penyamakan dengan chrome bagian nerf sedikit digosok
- Kulit velour dari kulit anak sapi yang kecil, babi
4. Kulit Tahan Air
- Bahan dari kulit anak sapi, berat bersih 15 – 15 kg
- Proses penyamakan dengan chrome, nabati atau kombinasi, agar tahan air diberi gemuk yang banyak tebal kulit 1,8 – 2,8 mm
- Untuk pembuatan sepatu lars dan ski
5. Kulit Fahl
- Bahan kulit sapi, kulit kerbau, berat basah 12 – 15 kg
- Proses penyamakan secara nabati sedikit diberi gemuk tidak diwarnai kadang-kadang diberi warna hitam
- Sifat lemas tahan apin, tahan tarik tebal 2,2 – 2,8 mm
- Untuk pembuatan sepatu kerja, sepatu militer

c. Kulit pakaian
1. Kulit sarung tangan
- Bahan baku kulit anak kambing, anak domba, kijang, rusa
- Proses penyamakan chrome, kombinasi chrome, penyamakan minyak
- Sifat kulit tipis, lemas, ulet berwarna putih
2. Kulit pakaian
- Bahan baku dari kulit kambing, domba, kuda
- Proses penyamakan dengan samak chrome
- Sifat kulit lemas tapi cukup kuat, berisi, tahan air
- Penggunaan sebagai kulit jaket dan mantel.
3. Kulit pengisap keringat
- Bahan dari kulit kambing, domba, babi
- Penyamakan secara nabati
- Sifat dapat menghisap keringat dan tidak mengandung garam yang merusak kulit
- Penggunaan sebagai pelapis sebnelah dalam topi

d. Kulit tas/sadel
1. Kulit Blank
- Bahan dari kulit sapi, anak sapi, sapi jantan,. Penyamakan secara nabati dengan penggemukan sedang
- Sifat kulit elastis, mudah ditekuk, tebal 2,5 mm
- Penggunaan sebagai kulit godel, tas, ransel, aktentas dll
2. Kulit Meubel
- Hampir sama dengan kulit blank sifatnya elastis dan kuat

3. Kulit Vechet
- Bahan dari kulit sapi jantan
- Penyamakan secara nabati
- Sifat kulit lemas, tips dan lemah, tebal 1 – 1,5 mm
- Digunakan untuk pembuatan bantalan kursi, meubel dan jok mobil
4. Kulit halus
- Bahan dari kulit kambing, domba dan anak sapi penyamakan dengan nabati chrome
- Digunakan untuk kulit sampul buku, kulit tas dan fattefale
5. Kulit Reptil
- Bahan dari hewan melata (buaya dan ular)
- Penyamakan secara nabati, chrome atau shintetis, tawar
- Penggunaan untuk tas wanita, dompet
6. Kulit Ikan
- Bahan dari hewan laut (anjing laut dan hiu)
- Penyamakan secara nabati, chrome dan sintetis
- Digunakan untuk peti file yang berharga

e. Kulit Tehnis
1. Kulit ban mesin
- Bahan dari kulit sapi jantan dan anak sapi
- Penyamakan secara nabati dan chrome untuk memperoleh kulit ban mesin tahan panas diatas 60oC
- Sifat kulit lemas, mulurnya sedikit, tahan kelembaban dan panas
2. Kulit alat-alat mesin tenun
- Bahan kulit sapi berat atau kerbau
- Macamnya kulit picker, apron
3. Kulit manchet
- Bahan dari kulit sapi ukuran berat, nak sapi, kambing
- Penyamakan secara nabati atau chrome
- Penggunaan untuk pompa, pentil, pipa air, press hydraulic, perpacking dsb
4. Kulit pelindung kerja
- Bahan dari kulit sapid an kulit belahannya
- Proses penyamakan secara chrome
- Sifat kulit tidak banyak berisi gemuk
- Digunakan untuk topi, sarung tangan

tugas poker

BAB I
PENDAHULUAN
1. Asal Usul Ternak Sapi
Sampai saat ini para ahli belum bisa menentukan secara pasti dimana dan kapan sapi mulai di jinakkan. Banyak para ahli memperkirakan bahwa bangsa sapi berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa , ke seluruh kawasan Asia, dan Afrika. Sedangakan Amerika, Australia, dan Selandia Baru yang saat ini merupakan gudang bangsa sapi potong dan sapi perah jenis unggul tidak terdapat turunan sapi asli, melainkan hanya mendatangkan dari Eropa.
Apabila kita ingin bangsa sapi yang sekarang tersebar di penjuru dunia, mereka berasal dari sapi jenis primitif yang telah mengalami domestikasi. Sapi ini pada garis besarnya bisa digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :
Bos indicus
Sapi bos indicus sekarang banyak berkembang di India. Di Indonesia sapi keturunan ini contohnya : sapi ongole dan peranakan ongole serta Brahman
Bos Taurus
Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa – bangsa sapi potong dan perah di Eropa. Jenis sapi bos Taurus yang ditenakkan di Indonesia adalah : Aberdeen angus, Hereford, shorthorn, charolais, Simmental, dan limousin
Bos sondaicus
Golongan ini merupakan sumber asli bangsa sapi Indonesia. Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng(bos bibos), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi bali, sapi madura, sapi jawa, sapi sumatera, dan sapi local lainnya.
Para ahli berpendapat bangsa – bangsa sapi yang kini kita kenal seperti sapi madura, jawa, dan sumatera berasal dari hasil persilangan antara bos inidicus dengan bos sondaicus alias sapi keturunan banteng.sedangkan sapi ongole yang pada saat ini populasinya terbanyak di antara bangsa – bangsa sapi Indonesia pertama kali didatangkan dari India ke pulau Sumba oleh pemerintah belanda pada tahun 1897. didalam perkembangan lebih lanjut dan dalam rangka perbaikan mutu ternak sapi potong di jawa, sapi jawa dikawinsilangkan dengan sapi ongole, yang keturunannya hingga saat ini di kenal dengan nama peranakan ongole (PO).
2. Tujuan
Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan penting artinya dalam kehidupan masyarakat. Sebab seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan. Terutama sebagai bahan makanan berupa daging, di samping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang,, kulit, tulang, dan lainnya sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai salah satu hewan pengumpul bahan bergizi rendah yang dirubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Daging untuk pemenuhan gizi mulai meningkat dengan adanya istilah “balita” dan terangkatnya peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus. Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak – anak prasekolah dapat menyebabkan anak – anak yang berbakat normal menjadi subnormal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa protein hewani sangat menunjang kecerdasan, disamping diperlukan unutk daya tahan tubuh.
Sehubungan dengan kebutuhan protein ini, LIPI tahun 1983 merekomendasikan bahwa masyarakat Indonesia rata – rata memerlukan 50 gram protein, 20 % diantaranya berasal dari ternak dan ikan, yakni protein dari ternak 4 gram / hari dan ikan 6 gram / hari. Sedangkan 80% atau 40 gram lainnya berupa protein nabati. Namun, perlu diketahui bahwa konsumsi protein dari ternak ini masih sangat rendah, sebab baru bisa terpenuhi 2,56 gram per hari (1986). Jadi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dari daging ini, kita khususnya peternak perlu meningkatkan produksi daging.

3. Manfaat
Ternak sapi manfaatnya luas dan bernilai ekonomis. Usaha ternak sapi merupakan usaha yang lebih menarik sehingga mudah merangsang pertumbuhan usaha. Sebaliknya hewan ternak yang nilai kemanfaatan dan ekonominya rendah pasti akan mudah terdesak mundur dengan sendirinya. Hal ini bisa dibuktikan perkembangan ternak sapi di Indonesia lebih maju dari pada ternak besar ataupun kecil seperti kerbau, babi, domba, dan kambing.
Dibawah ini memperlihatkan kemanfaatan sapi yang luas dan nilai ekonomisnya tinggi :
- Mutu dan harga daging atau kulit menduduki peringkat atas bila dibanding daging atau kulit kerbau, apalagi kuda
- Sapi merupakan salah satu sumber budaya masyarakat, misalnya sapi untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan, di madura, dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat.
- Sapi sebagai tabungan. Para petani di desa – desa pada umumya telah terbiasa bahwa pada saat panen mereka menjual hasil panenan, kemudian membeli beberapa ekor sapi. Sapi – sapi tersebut pada masa paceklik atau pada saat – saat petani membuthkan uang untuk berbagai keperluan bisa dilepas atau dijual lagi.
- Hasil ikutannya masih sangat berguna, seperti kotoran bagi usaha pertanian, tulang – tulang bisa digiling untuk tepung tulang sebagi bahan baku mineral atau dibuat lem, darah bisa direbus, dikeringkan, dan digiling menjadi tepung darah yang sangat bermanfaat bagi hewan unggas dan lain – lain, serta kulit bisa dipergunakan dalam berbagai maksud di bidang kesenian, pabrik, dan lain – lain.
- Memberikan kesempatan kerja. Banyak usaha ternak sapi di Indonesia yang bisa dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak sehingga bisa menghidupi banyak keluarga pula.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat ini populasinya terbanyak di antara bangsa – bangsa sapi Indonesia pertama kali didatangkan dari India ke pulau Sumba oleh pemerintah belanda pada tahun 1897. didalam perkembangan lebih lanjut dan dalam rangka perbaikan mutu ternak sapi potong di jawa, sapi jawa dikawinsilangkan dengan sapi ongole, yang keturunannya hingga saat ini di kenal dengan nama peranakan ongole (PO). Selain sapi peranakan ongole (PO) di Indonesia terdapat juga sapi asli Indonesia diantaranya sapi bali, sapi madura, sapi jawa, sapi pinggir dll.
Ternak sapi seperti halnya makhluk hidup lainnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Selama proses pertumbuhan yang dialami ternak sapi ini dimulai semenjak awal terjadinya pembuahan hingga pedet itu lahir. Dimana pertumbuhan saat pembuahan berlangsung lambat, kemudian agak menjadi cepat pada saat menjelang kelahiran. Sesudah pedet lahir pertumbuhan menjadi semakin cepat hingga usia penyapihan. Dari usia penyapihan hingga usia pubertas laju pertumbuhan masih bertahan pesat. Akan tetapi dari usia pubertas hingga usia jual laju pertumbuhannya mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa.Kita mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetis yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging, maupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Dalam hal beradaptasi dengan lingkungan ini antara lain penyesuaian iklim dan pakan. Berpangkal dari sifat genetis sutau bangsa sapi yang bisa diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat. Pemilihan ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau menderita kerugian akibat faktor lingkungan yang tidak menunjang.



























BAB III
MATERI
3.1 Keadaan Umum Perusahaan
Perseroan terbatas Tri Bakti Sarimas adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang pertanian dan perkebunan, didirikan berdasarkan akta pendirian No. 17 Oktober 1986. Kantor pusat berkedudukan di Pekanbaru, dengan perwakilan di Jakarta, Padang dan Medan. Saat ini perusahaan telah mengembangkan berbagai usaha antara lain di bidang perkebunan, peternakan, agroindustri dan ekspor hasil perkebunan dengan menjalin usaha kemitraan bersama masyarakat setempat dibidang budi daya perkebunan dan memasarkan hasil produksi (kelapa sawit, kelapa, kakao, pinang, kompos, bibit kakao, pakan ternak sapi dan sebagainya) dalam bentuk bahan baku maupun barang jadi.
Keanekaragaman jenis usaha secara terpadu tersebut didukung oleh tenaga ahli yang berkompeten di bidangnya dengan jaringan kerja yang luas. Pada tahun 1994 di mulai persiapan untuk lokasi peternakan dan pada tahun 1995 PT.TBS memulai mengimpor sapi dari Australia. Sapi yang dipelihara ada 3 jenis yaitu : sapi brahman cross,sapi new zealand, dan sapi lokal.
Topografi daerah PT.TBS adalah : ketinggian dari permukaan laut 90 – 110 m, dengan kemiringan 10 – 20 cm dan 25 – 35. jarak PT.TBS dari kota pekanbaru lebih kurang 300 km, dengan suhu 30 – 35 C dan kelembaban 60 – 65 C.
PT.TBS mempunyai ruang lingkup yang sangat luas diantaranya:
- Perkebunan kelapa sawit
- Perkenanan kelapa hibrida
- Perkebunan kakao
- Usaha peternakan sapi
- Pabrik pengolahan kelapa sawit
- Pabrik pemanfaatan limbah perkebunan yang ada, digunakan dan di olah menjadi pakan ternak.

3.2 Pemilihan Bakalan.
Pemilihan bakalan memerlukan ketrampilan terutama untuk melatih pandangan serta penilaian akurat. Keberhasilan pemilihan bakalan ternak akan sangat menentukan kebrhasilan suatu usaha. Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menetukan keberhasilan suatu usaha. Salah satu tolak ukur penampilan produksi sapi potong adalah pertambahan berat badan harian. Penampilan produksi tersebut merupakan suatu fungsi dari genetik, faktor lingkungan dan interaksi dari kedua faktor tersebut. Dengan bakalan yang berasal dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi tetap optimum. Meskipun sangat sulit menetukan baik buruknya mutu genetik, secara umum penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan mutu genetiknya.
Jenis – jenis ternak yang dipelihara di PT.TBS yang kami lihat adalah jenis sapi Brahman cross dengan ciri- ciri sebagai berikut :
- bentuk tubuh panjang
- telinga panjang / besar
- punuk menampak
- postur tubuh besar
dan sapi shorthorn cross dengan ciri – cirri :
- kepala pendek dan bulat
- tanduk panjang menjurus kesamping
- warna bulu merah tua sampai muda
- bentuk tubuh segi empat

Jumlah ternak yang dipelihara terbagi atas :
- Anak (pedet) : berjumlah 400 ekor
- Pejantan : berjumlah 9 ekor
- Induk : berjumlah 224 ekor
- Kering kandang : berjumlah 120 ekor
- Bunting : berjumlah 200 ekor
- Sakit : berjumlah 50 ekor
Persyaratan umum dalam memilih ternak bakalan yang dilakukan oleh PT. TBS adalah :
- postur tubuh
- factor genetic
- ambing
- induk yang produktif
- kesehatan ternak
berdasarkan pengamatan dan penilaian pada ternak yang dipelihara di PT.TBS didapat bahwa performance sapi normal seperti yang lainnya / secara umum telah memenuhi standar, yang mana standarnya adalah :
- Ukuran badan panjang dan dalam. Rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak
- Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah, dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar
- Paha sampai pergelangan penuh berisi daging
- Dada lebar dan dalam serta menonjol kedepan.
- Kaki besar, pendek, dan kokoh.

3.3 Pemilihan Lokasi serta Rencana pengembangan usaha
PT.TBS berlokasi di tengah – tengah perkebunan kelapa sawit dan sangat jauh dari masyarakat yang terletak didaerah Lubuk Jambi dikabupaten Kuansing. Lokasi ini tidak begitu cocok untuk peternakan sapi karena daerah ini mempunyai kelembaban yang tinggi, yang bisa mengakibatkan ternak akan selalu minum karena kehausan, dan ini akan menyebabakan ternak tidak begitu banyak makannya. Dan ini bisa mengakibatkan ternak kekenyangan air. Tetapi berdasarkan pengamatan penulis ternak disana gemuk –gemuk. Tetapi suhu disana tidak terlalu panas, mungkin itu karena disebabkan peternakan sapi PT.TBS ini terletak didaerah perbukitan.
Menurut perencanaan PT.TBS akan membuat pabrik pemanfaatan hasil limbah perkebunan kelapa sawit, kelapa hibrida, kakao dll. Yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Dan ini akan membuat PT.TBS bagian peternakan sapi akan berkembang, karena mereka tidak akan mengeluarkan biaya untuk membeli pakan untuk sapi mereka dan limbah yang dihasilakan akan bermanfaat.
3.4 Ransum
Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak untuk kebutuhannya selama 24 jam. Zat makanan didalam ransum diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pertambahan bobot badan, kebuntingan, produksi susu dan sebagainya. Zat makanan yang dibutuhkan adalah : air, protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin. Bahan penyusun ransum sapi potong terdiri dari atas hijauan yaitu bahan yang mengandung serat kasar tinggi seperti : rumpuit gajah jerami dll dan kosentrat yhaitu bahan yang mengandung energi dan protein tinggi seperti dedak, bungkil kelapa, ampas tahu.
Di PT.TBS jenis bahan penyusun ransum yang digunakan adalah:
- Solid / Lumpur kelapa sawit
- Kelapa hibrida
- Dan kulit kakao
Sedangkan sumber penyusunan ransum didapat dari pabrik pengolahan kelapa sawit, kelapa hibrida, dan kakao. Kandungan gizi terutama protein kasar yang terdapat dari ransum yang digunakan adalah :
Kulit kakao sebesar 8 – 10 %
Bungkil kelapa sebesar 16 – 17 %
Kulit ari kakao sebesar 14 %
Limbah kelapa sawit (solid) sebesar 10 – 12 %
Sedangkan rasio hijau dengan kosentratnya tidak ada karena di PT.TBS ransum yang digunakan hanyalah kosentrat, mereka tidak menggunakan hijauan. Oleh karena itu padang pengembalaan yang ada pada masa dulu di tanam rumput kingres kini ditanami kelapa sawit.
Komposisi ransum sebesar :
Kulit kakao 20- 30%
Bungkil kelapa 35 %
Kulit ari kakao 8 – 10 %
Limbah kelapa sawit (solid) 40 – 50 %

3.4 Manajemen Produksi
Untuk manajemen produksi tampaknya sudah bagus, dikarenakan cara pemeliharaannya sudah sangat bagus, dan ternak nya mendapat perhatian dari peternak. Cara mereka memilih bakalan , cara mereka melakukan penyusunan ransum sudah sangat tepat. Ini di buktikan dengan peternakan mereka berkembang dengan cukup pesat dan ini bisa dilihat dari anak – anak yang lahir mencapai ratusan.